Jumat, 01 Januari 2010

cerpen quh

Pencarian Cinta Seorang Preman

Radit, seorang preman yang setiap harinya selalu meminta uang pada para pedagang. Tidak tanggung-tanggung semua para pedagang yang berada di daerah kekuasaannya setiap hari harus membayar pajak setengah dari penghasilannya, jika tidak memberikan pajak setiap harinya tidak segan-segan Radit menghancurkan lapak para pedagang yang tidak mau membayar pajaknya. “braaaaakk . . . . braaaaaaakk….sudah satu minggu kamu tidak membayar pajak yang telah saya tentukan” kata Radit

“ ampun, saya benar-benar tidak punya uang beberapa hari ini” kata salah satu pedagang.
 “ baiklah, kamu aku beri kesempatan, tapi anak gadismu yang cantik itu untukku sehari. Bagaimana?”
“apa? Tidak mungkin. Ini anak perawanku satu-satunya, aku mohon jangan.”
“ kalau kamu tidak mau, berarti kamu harus membayar sekarang.” (dengan nada membentak)
“ aku mohon, beri aku satu kesempatan lagi untuk melunasi pajak.”
“ baiklah, kalau kamu besok belum melunasi pajak yang kau janjikan, anak perawanmu yang cantik ini akan jadi milikku sehari.”
“tapi . . .”
“tanpa tapi.”
Pedagang itu menunduk dan berharap agar mendapat bantuan seorang dermawan yang mau membantu untuk melunasi pajaknya yang menumpuk.
“ dan untuk kalian semua yang masih mau berdagang didaerahku kalian harus membayar pajak yang telah aku tentukan atau lapak kecil kalian akan saya hancurkan.”ancam Radit.
Para pedagang menunduk dan menganggukkan kepalanya bertanda bahwa mereka telah mengerti maksud Radit. Radit pergi dengan perasaan jengkel. Di tempat tongkrongannya, Radit meneguk bir yang ada di meja.
“ brengsek, semakin hari para pedagang itu semakin berani padaku. Berani-beraninya mereka menundak pajak yang aku tentukan.” Kata Radit pada temannya.
“ sepertinya kita harus beri pelajaran pada mereka semua.” Usul teman Radit
“tapi bagaimana caranya, aku takut mereka melapor pada polisi.”
“lah itu masalahnya aku juga tidak tau.”
“dasar bodoh, terus ngapain kamu ngomong seperti itu”
Keesokkannya di pasar. Radit menagih janji yang telah dikatakan oleh pedagang itu. Saat itu ada seorang pembeli di lapak pedagang itu. Dia cantik dan dia mengenakan jibab.
“mana pajak yang kau janjikan padaku hari ini?” bentak Radit.
“tapi saya hari ini belum punya uang” tangis pedagang itu.
“heh bu, aku tidak perduli kamu punya uang atau tidak yang penting sekarang kamu membayar pajakmu yang nundak 1 minggi atau kamu mau anak perawanmu yang cantik ini jadi milikku sehari”
“jangan mas, ini anak saya satu-satunya apalagi saya janda.”
“aku tidak perduli kamu janda atau duda yang penting pajakmu itu.”
“heh kamu…dasar laki-laki tidak tau malu. Mentang-mentang kamu yang menguasai daerah ini kamu bisa berbuat seenaknya. Harusnya kamu itu malu. Kamu itu laki-laki bukan perempuan dasar pengecut beraninya cuman sama perempuan.” Teriak gadis yang memakai jilbab tadi.
“jaga mulut kamu. Wajahmu yang cantik itu bisa cacat kalau tanganku melayang di wajahmu.”
“apa…kamu mau mukul aku. Ternyata benar kamu itu pengecut.”
“ berani-beraninya kamu bicara seperti itu.”
“memang berapa hutang yang dimiliki ibi ini sanpai kamu mengancam mau mengambil kehormatan anak gadisnya?”
“memangnya kamu mau bayar hutangnya?”
“mungkin aku bisa bantu.”
“Tanya saja sendiri pada ibu tua itu.”
“bu, memang berapa hutangnya sampai kayak gini?”Tanya gadis itu.
“dua ratus ribu nona” jawab ibu itu.
“hanya dua ratus ribu saja kamu sudah mengancam ibu ini. Ini aku bayar.” Sambil melempar uang yang diambilnya dari dompet.
“kurang ajar sekali kamu.”
“apa peduliku.”
“awas kamu.”
Dengan rasa marah Radit meninggalkan gadis dan ibu pedagang itu.
“hutang ibu sekarang sudah lunas , jadi ibu sekarang jangan kawatir sama preman bodoh itu” kata gadis itu.
“terimakasih nona. Saya tidak tau apa yang terjadi pada saya dan anak saya kalau tidak ada nona. Tapi bagaimana saya membalas kebaikan nona?” Tanya ibu itu.
“tidak perlu bu, saya ikhlas membantu ibu.”
“tapi nona jumlah nominalnya sangat banyak.”
“tidak masalah ibu saya ikhlas membantu ibu.”
“ maaf nona, saya hanya bisa mengucapkan terimakasih. Semoga Allah selalu memberkahi nona dan semoga Allah membalas semua kebaikkan nona pada kami.”
“amin. Terima kasih ibu dan ini uang belanja saya.”
“tidak usah nona, anggap saja ini imbalan untuk kebaikkan nona.”
“tapi nanti ibu rugi besar.”
“ini tidak sebanding dengan kebaikkan dan keberanian nona tadi.”
“baiklah. Terimakasih banyak bu.”
“justru saya yang berterima kasih.”
“kalau begitu saya pamit pulang dulu bu. Assalamualaikum.”
“Waallaikumsalam.”
Gadis itu pulang dengan rasa bahagia karena dapat menolong sesama manusia.
Di tempat tongkrongan Radit masih marah dengan kelakuan gadis yang ada di pasar tadi.
“berani-beraninya gadis tadi menghinaku di depan banyak orang. Dia belum tau siapa diriku? Aku harus cari tau siapa gadis itu.” kata Radit.
“radit…radit gadis seperti itu jangan dipikir.”kata teman Radit.
“tapi baru kali ini aku dihina oleh seorang gadis di depan banyak orang lagi. Pokoknya aku harus cari tau siapa gadis itu?”
 Radit menelusuri desa yang ada di sekitar tongkrongannya. Dari satu desa ke desa yang lain, dari satu orang ke orang yang lain Radit bertanya. Sudah lama Radit mencari informasi dari satu orang ke orang yang lain, akhirnya Radit mengetahui siapa gadis yang membentaknya kemarin. Ternyata gadis itu bernama Ratna Putri anak ustadz di desanya.
“ternyata gadis itu anak ustadz. Anak ustadz tapi kelakuannya seperti preman.” Gumam Radit.
“tapi walaupun seperti preman gadis itu cantik bukan.” Sindir teman Radit.
“apa cantik? Wajah seperti macan kamu bilang cantik. Hah … matamu buta ya?”
“tapi memank benar .”
Radit hanya terdiam. Memang benar gadis itu cantik. Semenjak kejadian yang ada di pasar itu Radit semakin ingin tau perihal tentang gadis itu.satu bulan sudah Radit mencari tau perihal gadis itu dan ternyata gadis itu bukan gadis yang jahat. Gadis itu sangat baik dia sering membantu orang yang tidak mampu itu karena dari segi ekonomi orang tuanya dia termasuk orang yang mampu.
 Sekian lama akhirnya Radit sadar kalau ternyata Radit jatuh cinta. Radit pun bertaubat dan merubah semua gaya hidupnya. Uang yang Radit punya digunakan untuk mengontrak rumah dan belajar mengaji pada ustadz yang ada di desanya. Dan masalah daerah kakuasaannya itu.
“kedatangan saya disini bukan untuk menarik pajak hari ini tapi saya mau minta maar pada kalian atas semua kelakuan yang saya lakukan terhadap kalian. Saya sering menyakiti kalian. Dan saya mohon kalian mau memaafkan semua perbuatan yang pernah saya lakukan. Tapi saya berjanji pada kalian jika saya sudah sukses nanti saya akan mengganti semua uang yang pernah saya minta pada kalian.” Ucap Radit sambil bersujud di depan para pedagang.
Salah satu pedagang maju dan mengatakan “sudahlah nak kita semua memaafkan kelakuanmu yang pernah kamu lakukan pada kami. Kami sudah cukup senang kamu mau berubah.”
 Radit memeluk pedagang itu.
“terimakasih kalian memberikanku kesempatan untuk berubah.”
Radit pergi meninggalkan para pedagang. Satu tahun Radit belajar agama dan sekarang Radit menjadi guru agama walaupun bukan Pegawai Negeri tapi Radit senag dengan pekerjaannya.
 Radit sadar bahwa Radit membutuhkan seseorang yang mau menemaninya sampai Radit meninggal. Dan Radit berdoa kepada Allah untuk diberikan petunjuk jodoh.
“Ya Allah, saya sangat membuthkan seseorang untuk teman hidup. Aku mohon beri petunjukmu siapa jodohku sebenarnya. Amin.” Mohon Radit.
 Malam harinya Radit bermimpi bertemu dengan seorang gadis yang sangat cantik di masjid. Radit pun terbangun.
“ Ya Allah, apakah mimpiku tadi petunjuk dari-Mu bahwa gadis itu adalah jodohku.” Kata Radit.
 Keesokkan harinya Radit sholat isya’ di masjid dekat rumahnya. Dan ternyata benar Radit bertemu dengan gadis yang berada di mimpinya. Ternyata gadis itu adalah Ratna Putri yang pernah mengejek Radit di pasar. Radit pun menghampiri gadis itu dan berkata “ aku sudah berdoa dan meminta petunjuk Allah dan ternyata kau lah jodohku. Maukah kamu menjadi istriku”
 Ratna kaget saat Radit mengatakan hal itu. Dan Ratna menjawab “ jika itu benar besok datanglah kerumahku dan mintalah ijin pada ayahku.”
 Keesokkan harinya setelah shalat isya’ Radit datang ke rumah Ratna dan mengatakan apa maksud kedatangan Radit ke rumah.
“sebelumnya saya mau meminta maaf. Kedatangan saya kesini untuk melamar Ratna, karena saya yakin bahwa Ratna adalah jodoh saya.”
“jika memang itu benar, baiklah. Tapi saya akan menanyakan pada Ratna apakah Ratna setuju dengan lamaran ini. Bagaimana Ratna?” jawab ayah Ratna.
“jika memang benar Radit adalah jodoh Ratna. Saya menerima Radit sebagai suami Ratna.”
 Radit tersenyum puas mendengar jawaban Ratna. Radit pun mencium tangan ayah Ratna.
Ayah Ratna pun tersenyum senang.
 Satu bulan kemudian Radit dan Ratna menikah. Mereka hidup bahagia dengan dikaruniai dua orang anak yaitu laki-laki dan perempuan.



0 komentar:

Posting Komentar